top of page
  • Gambar penulisgita galantari

Perahu Kertas (Movie)

Diperbarui: 5 Apr 2020

Cara terbaik menghadapi film ini adalah just take it easy

Like you fall in love

Open your heart, let it happen

In my opinion,

Ngga perlu dipusingkan lebih bagus novelnya lah, filmnya ngga asik lah, dan sebagainya.

Kalau kamu pembaca ya akan lebih suka baca

Kalau kamu penonton ya akan lebih suka nonton

Novel dan Film dua media yang berbeda

Meski penulis skenario sama dengan penulis novelnya yaitu Dee, ya rasanya tetap ada yang berbeda

Filmnya memang lambat, tapi memang harus begitu

Menurut saya, dalam novelnya pun bagian-bagian yang ada difilm itu memang lambat

Bahkan lebih lambat dan mengalun saat di novel

Biarlah begitu, biar haru saat nanti perahu berlabuh di bagian ke 2 dari film ini

Di bagi 2 karena hasil akhir yang adalah 4 jam sekian dan bisa jadi rugi kalau dipaksakan 4 jam.

Ya tidak apa, daripada harus menonton drama 4 jam, cape juga kayaknya.

Dipotong dibagian itu juga pas ko, karena kisah selanjutnya seperti tahap lain.

Tahap yang lebih banyak konflik, tahap penyelesaian, akhir labuhan dari si perahu kertas.

Film ini mengingatkan kembali rasanya jatuh cinta, kebimbangan, rasa penasaran, ketidakberanian

Tapi juga bukan melulu soal cinta, tapi juga tentang passion, impian, dan orang lain yang melengkapi ; mendukung ; meyakinkan semuanya bisa jadi nyata.

I wish I’ll meet my own Keenan, the one who complete my passion

Bukan memaksakan, tapi melengkapi, bersama hasilkan mahakarya

Bukan hanya memberikan cinta

Tapi menyempurnakan kehidupan, kesenangan, ketertarikan

(Eh tapi saya lebih suka Remi :P)

It’s about dreams and the fun of being clueless about love


Dialog-dialog romantis yang menghiasi film ini :


“kamu sudah pernah ada di hidupku saja sudah cukup, kalau gak mau kembali lagi juga gak apa-apa” -Luhde


 “Neptunus, semoga ada petunjuk jalan, cahaya, remah roti, atau apa pun yang menjadi petunjuk jalan untuk aku keluar dari sini,” kata Kugy.

Bicara sok tahu soal setting :

Setting yang paling saya suka adalah sekolah alit.

Menggunakan barang-barang bekas, tapi tetap artistik

Adegan Keenan dan Kugy bicara kekecewaannya pada Keenan yang sudah tidak percaya lagi pada mimpi. Aaah pas rasanya.


Setting pantai Kugy dan Remi terlalu banyak warna hitam, Remi pun pakai kaos berwarna gelap. Rasanya akan lebih sweet klo banyak warna jingga kecil dari lampu-lampu kecil. Apalagi hubungan Remi dan Kugy ini hidup banget.


 Nah warna seperti ini sweet sekali. Mungkin sengaja di buat Kugy dan Keenan lebih sweet ya.


Setting kamar Keenan dominan merah dan hitam, lukisan yang ada di dalamnya juga dominan merah dan hitam. Kalau dalam imajinasi saya sih lebih banyak warna di dalam kamar Keenan yang seorang pelukis. Tapi mungkin memang warna hitam dan merah adalah warna yang ingin menjadi karakter Keenan. Beberapa kali Keenan memang mengenakan pakaian dengan nuansa merah, maroon, dan hitam.



Nah lukisan-lukisan Keenan di scene-scene akhir adalah lukisan yang saya suka, yang ada dalam imajinasi saya saat membaca novelnya, warnanya banyak, beraneka. Saya suka lukisannya.


Dan gesture yang akan menjadi trend karena novel dan film ini, gesture radar Neptunus ala Kugy



Soundtracknya pun saya suka, tapi kemarin ke toko buku liat harga CD-nya Rp 50.000,- dan sudah 2 novel baru yang saya bayar, mungkin nanti akan saya beli. Secepatnya.hehe



Seperti kalimat penutup dari Kugy dalam filmnya  :


Hai Nus, manusia satu itu muncul lagi. Apa kabar ya dia? Tunggu perahu kertasku ya.. cerita ini belum usai..”


Tulisan ini pun akan berlanjut ketika perahu kertas berlayar kembali untuk kali ke duanya nanti..

2 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page