gita galantari
Perahu Kertas (Novel)
Diperbarui: 5 Apr 2020
Banyak sekali orang-orang disekeliling saya yang sudah membicarakan salah satu novel karya Dewi Lestari ini. Novel ringan ala Dee katanya. Haru katanya.
Setelah melahap Filosofi Kopi dan Madre sayapun berlari melahap Perahu kertas.
Sesungguhnya saya ingin menonton filmnya terlebih dahulu, sesuai kabar yang berhembus pasti bahwa akan dibuat versi filmnya. Namun, apa daya saya ngga tahan. Penasaran. Jadilah saya membeli dan membaca tuntas si Perahu Kertas ini.
Kesimpulan akhir setelah membaca Perahu Kertas adalah “Kalau Jodoh Ngga Akan Kemana” . Begitu inti yang bisa saya serap.
Cukup menarik dan memang sederhana. Tetap dengan beberapa dialog dan kalimat-kalimat seru ala Dee. Pengetahuan-pengetahuan dan keunikan-keunikan ala Dee.
Menggunakan bahasa Belanda dan bahasa Sunda yang saya rindukan. Bangga ngga perlu baca footnote saat ada percakapan dalam bahasa Sunda.hehe
Ringan. Ringan sekali karya Dee satu ini.
Benar. Benar mengharu biru.
Cinta. Sahabat. Keluarga. Lengkap.
Saya bagi sedikit ya kalimat-kalimat yang saya suka dair novel ini :
Lo tuh bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalau tempat kita berpijak aja beda? Halaman 147
Seperti matahari yang tak menyimpan memori ataupun dendam dan senantiasa memandikan bumi dengan sinarnya. Halaman 184
Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan ngga berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Ngga akan pernah jadi kenyataan. Halaman 221
Perihnya perpisahan yang dilakukan sendirian. Halaman 226
Well, siapapun yang cuma modal body doang, ngga bakalan lama. Ini kan zaman inner beauty. Halaman 275
Iyalah, segede-gedenya toket, mau dibawa samapai mana, sih? Akhirnya kan yang ngaruh tetap faktor kepala. Halaman 274
Aku yakin, suatu saat, apa yang sekarang kamu bilang hobi, akhirnya bisa jadi profesiku yang baru. Barangkali uangnya ngga banyak, tapi aku ngga peduli. Kugy Halaman 362
Nah yang paling saya suka dan menjadi kalimat yang beberapa kali diulang dalam novel tersbeut :
Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.
Kisah ringan yang bisa jadi dialami banyak dari kita.